Kematian adalah sebuah kepastian yang tidak seorang pun bisa menolaknya. Dalam salah satu maqalah yang dikutip dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, disebutkan: “Barang siapa masuk ke dalam kubur tanpa bekal amal shalih, maka seakan-akan ia menaiki lautan tanpa perahu.” Gambaran ini begitu jelas: seseorang akan terombang-ambing, tenggelam, tanpa ada jalan selamat, kecuali jika ada yang menolongnya.
Pesan ini selaras dengan sabda Rasulullah ﷺ: “Sesungguhnya orang mati di dalam kuburnya itu seperti orang yang tenggelam yang meminta pertolongan.” (HR. Ahmad). Artinya, alam kubur adalah fase genting yang hanya bisa dilalui dengan selamat bila manusia membawa bekal cukup sejak di dunia.
Namun, Islam yang penuh rahmat tidak membiarkan umatnya kehilangan harapan. Rasulullah ﷺ memberikan kabar gembira bahwa ada tiga amal yang tetap mengalir meskipun manusia telah meninggal:
1. Sedekah jariyah – harta yang disalurkan untuk kebaikan, yang manfaatnya terus dirasakan orang lain.
2. Ilmu yang bermanfaat – pengetahuan yang diajarkan dan diamalkan orang lain.
3. Anak shalih yang mendoakan orang tuanya – generasi penerus yang mengingat jasa orang tua dengan doa tulus.
Tiga amal ini adalah “tabungan abadi” yang terus berbuah meski jasad telah terkubur. Dalam konteks kehidupan modern, sedekah jariyah bisa berupa pembangunan masjid, beasiswa pendidikan, atau wakaf produktif. Ilmu bermanfaat dapat diwujudkan melalui karya tulis, pengajaran, atau dakwah. Sementara itu, melahirkan anak shalih bukan hanya soal biologis, melainkan upaya serius mendidik generasi dengan nilai iman, akhlak, dan kasih sayang.
Refleksi dari Nashoihul ‘Ibad ini mengajak setiap muslim untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia, lalu bertanya pada diri: bekal apa yang sudah kita siapkan? Sudahkah kita memiliki amal yang akan menemani kita di alam kubur?
Kematian bukanlah akhir, melainkan gerbang menuju kehidupan yang kekal. Dengan amal shalih, kita tidak hanya selamat melewati lautan tanpa perahu, tetapi juga berlayar dengan tenang menuju rahmat Allah.
Program kajian rutin setiap hari Kamis di Musholla Al-Ikhlas, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lamongan,
bersama Penyuluh Agama Islam kali ini di isi oleh Dr. Muklis Sanjaya, S.H.I., S.Sos., M.Pd (Ketua Umum Pena Da’i Nusantara sekaligus Penyuluh Agama Islam Kab. Lamongan) yang dihadiri langsung oleh Kepala Kemenag H. M. Muhlisin Mufa, S.Ag.,M.Pd.I., Kasi Bimas Islam H. Imam Hambali, S.Ag., MA., serta seluruh Kasi dan pegawai di lingkungan Kemenag Lamongan.
